Rabu, 01 Desember 2010

Case STUDY


Apakah selamanya guru dipersalahkan?
Oleh : Nasaruddin, S.Pd


Pada hari sabtu minggu lalu yang secara kebetulan akhir dari bulan oktober, saya masuk nagjar seperti yang sudah terjadwal yaitu dikelas VIII PRSBI. Dengan penuh semangat dan percaya diri karena sudah sipersiapkan semua kebutuhan belajar-mengajar pada malam harinya dengan harapan siswa/i ku barsemangat dan senang mendapatkan penjelasan materi dari saya supaya meraka juga bisa merasakan nikmatnya bisa menguasai bahasa internasional ini.
Sebelum pembelajaran saya mulai, saya pun melakukan proses pembelajaran dari awal secara berurutan mulai dari greeeting, aperseption dan tidak lupa pula saya memberikan pemaparan tentang tujuan dari pembelajaran kita saat itu yaitu agar siswa terampil dalam merangkai kata demi kata menjadi sebuah kalimat dan merangkaikan kalimat demi kalimat agar terbentuk sebuah paragrap dan serterusnya sehingga terbentuklah sebuah paragrap yang tertulis dalam bentuk teks recount.
Pada saat itu saya mencoba untuk mengembangkan speaking skill dari siswa/iku. Pada halaman 48, practice 2 dari Chapter 3 terdapat sebuah dialog ynag memberikan ilustrasi sekilas tentang jenis tulisan recount. Saya pun mencoba mengaplikasikan kata-kata yang sering saya ucapkan kepada siswa/iku sebagai stimulus bagi mereka yaitu “untuk menguasai bahasa inggris haruslah dengan kerja keras dan salah satu dari bentuk kerja keras itu adalah harus dihafal”. Saya mencoba memberikan meraka waktu 1x40 menit untuk menghafal, setelah saya bagi menjadi beberapa kelompok dimana perkelompok terdiri dari 3 siswa. Akan tetapi terlebih dahulu saya membacakan dialog yang sudah mereka lengkapi itu yang diikuti oleh mereka 2 kali.
Setelah 1x40 menit berlalu, saya mengacak kertas nama kelompok mereka untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk unjuk kebolehan. Satu demi satu kelompok dari siswaku maju sampai semua kelompok mendapatkan kesempatan untuk practice dan penilaianpun tetap saya lakukan dan saya melihat beberapa siswa practice their speaking skill without understanding well what they say according to the dialogue, dan itu merupakan kewajaran di dunia pendidikan, namun ketika saya menjelaskan lebih detail tentang dialaog yang mereka hafal itu ternyata masih ada beberapa siswa yang asyik bercanda dan tertawa sambil memainkan dasi ditangannya dengan temannya dan ada juga yang asyik buka laptop bukan dengan keperluan belajar namun melihat photo-photo dari teman-temannya.
Akhirnya saya sedikit emosi melihat ulah siswa ku itu, kemudian saya lansung ambil dasi tersebut dan saya lipat 4 untuk menghukumnya apabila dia tidak tahu makna kaliamat yang akan saya tanyakan. Kemudian saya tanyakan sebuah kata yang sudah saya terjemahkan tetapi dia tidak tahu maknanya karena ketika saya berikan penjelasan mendetail dia sedang asyik mein-main, dan saya pun memukulnya beberapa kali.
Tidak lama setelah saya hukum, belpun berbunyi yang menandakan pergantian jam pelajaran, namun sebelum saya akhiri, saya memberikan kesimpulan dari pembelajaaran kita saat itu dan tidak lupa saya selipkan beberapa nasehat dengan harapan kejadian serupa tidak terjadi lagi oleh pelaku yang sama.

Kesibukan Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dalam Wadah MGMP BERMUTU


Guru dewasa ini dipandang perlu oleh pemerintah dalam peningkatan kualifikasi penerapan sertifikasi guru sesuai Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda serta Bank Dunia mengadakan kesepakatan untuk bekerjasama dalam penyelenggaraan Program BERMUTU yang tujuannya difokuskan pada upaya peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan kinerja guru yang secara langsung dikaitkan dengan peningkatan mutu pembelajaran di dalam kelas.

Globalisasi yang mengharuskan bangsa Indonesia untuk mempersiapkan warga negara dengan kualitas dan daya kompetensi yang tinggi untuk mendukung terlaksananya proses belajar mengajar yang baik dan kondusif adalah dengan cara menyediakan guru yang berkualitas dan profesional, karena guru memiliki tugas utama yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal, dasar dan pendidikan menengah.

News Letter MGMP Bahasa Inggris BERMUTU Kec.Utan

Kinerja Guru dianggap masih kurang dalam peningkatan mutu belajar terutama kemauan yang belum termotivasi dalam menemukan inovasi-inovasi baru dalam hal peningkatan mutu dalam pembelajaran. Dengan demikian guru dituntut untuk mau berubah menuju kebaikan yang lebih bermartabat dan mengejar ketinggalannya.

Dan semestinya guru bisa memotivasi dirinnya sendiri sebagai "insan cendikia" yang pada dasarnya sudah bermartabat.

Guru diharapkan lebih pandai dan cerdas dari murid-muridnya berdasarkan "julukan" yang disandangnya oleh karenanya guru perlu memperkaya diri dengan materi dan referensi serta wawasan yang luas agar supaya output dan outcome yang diharapkan ke depan bisa maksimal

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Kadis Diknas Kabupaten Sumbawa yang dilansir oleh Harian Gaung NTB Rabu, 29 September 2010, "Saya berharap guru dapat memanfaatkan waktu sebaik-sebaiknya untuk belajar karena berdasarkan pemantauan dan hasil monitoring pengawas di setiap kecamatan masih ditemukan guru yang tidak mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi proses pembelajaran" paparnya.

Berkaitan dengan hal tersebut Kadis Diknas Kab.Sumbawa Umar Idris juga memaparkan upaya lain pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan mutu guru dengan mengharuskan guru memiliki kualifikasi sesuai standar yaitu S1, minimal D4